DASYATNYA KEKUATAN SILATURAHMI BAGI PENULIS

 

Belajar Menulis Gelombang 17

 


Pertemuan ke-3 kali ini pada belajar menulis gelombang 17 yang tetap dipelopori oleh Omjay berjalan sesuai jadwal yang ditentuka. Pertemuan kali ini di laksanakan pada hari Sabtu, 8 Januari 2021 seperti biasa dimulai pukul 19.00 WIB. Antusias semua anggota semakin menggelora ketika sebelum masuk sesi kuliah disapa oleh Omjay.  Omjay dan kawan-kawan PGRI benar-benar menginspirasi semua anggotanya untuk selalu membuat tulisan dan selalu mengembangkannya. Kali ini Bunda Sri Sugiastuti, M.Pd yang menjadi  narasumbernya. Beliau biasa disebut dengan Ibu Kanjeng. Bu Kanjeng juga salah satu yang memajukan literasi setiap buku antologi yang lahir dari para penulis pesrta belajar menulis.  Bunda Aam Nurhasanah yang menjadi moderator kali ini. Tak kenal maka tak sayang, dibawah ini adalah profil nara sumber yang mengisi pertemuan ke-3 kali ini. 


Tidak ada kata terlambat untuk menanam dan memanennya ibarat tanaman. Atau bisa kita sebut lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Untuk menulis bisa diibaratkan kita menanam yang akan memanen atau menanam untuk dinikmati anak cucu kita.

Kita tengok ulasan berikut, banyak orang yang mengatakan bahwa menulis itu bakat. Belum memulai sudah menyerah. Mindsetnya sudah diprogram bahwa ia tidak bisa menulis, ia tidak punya waktu, ia tidak punya ide. Tulisannya jelek, dan masih banyak alasan yang dibuat sehingga pupuslah keinginannya untuk menulis, dan berbagi pesan tulisan kepada orang lainpun gagal. Semakin parah lagi saat ingin menjadi penulis hebat tetapi malas membaca. Hindari stigma tentang "pemburu sertifikat " tersemat pada kita. Karena sertifikat tersebut untuk kenaikan pangkat dan terlihat hebat karena berpredikat guru yang pangkatnya terus meningkat. Aapabila ini memang terjadi mungkin syah-syah saja. Tetapi alangkah santunnya apabila dibarengi dengan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari dengan bukti fisik berupa sebuah buku tunggal, atau mulai tergerak menulis di blog pribadi, blog keroyokan seperti  kompasiana, gurusiana, atau disatu komunitas yang  memiliki Web dan kita diberi kesempatan untuk meramaikan web tersebut.

Kali ini Bu Kanjeng memberikan ulasan tentang 4 judul bukunya yang sudah diterbitkan. Kronologis buku tersebut terbit dan isi dari semua bukunya. Dimanapun dan kapanpun kita berada juga bertemu siapapun maka semua itu bisa dijadikan tulisan. Bahkan ketika Bu Kanjeng ada di majelis taklimpun beliau juga bisa menuangkan apa yang sudah diberikan oleh seorang ustad untuk dikemas menjadi tulisan yang menarik untuk dibaca dan dibukukan. Sungguh pengalaman yang luar biasa untuk dijadikan inspirasi oleh siapa saja yang mengikuti pelatihan belajar menulis kali ini. Berikut keempat buku yang sempat Bu Kanjeng share untuk dijadikan bahan motivasi untuk peserta belajar menulis gelombang 17.


Bu Kanjeng juga sempat menuliskan tetangganya yang tua yang tinggal bersama dengan cucunya. Bapak tua yang bernama pak Saleh ditinggalkan cucunya karena dengan diam-diam anaknya Pak Saleh menjemput cucunya tanpa pamit. Sehingga Pak Saleh meraskan kesepian dan memikirkan cucunya di tengah pandemic yang terjadi. Sampai pada akhirnya beliau sakit dan anaknya tidak bisa duhubungi sampai beliaupun meninggal dan anaknya tidak kunjung datang hanya untuk takziah. Dengan bahasa tulisan Bu Kanjeng siapa saja yang membacanya akan membayangkan kondisi peristiwa pada saat itu. Pembaca dibawa untuk masuk ke dalam cerita tersebut dan merasakan kesedihan Pak Saleh. Sedih rasanya ketika membacanya.

Sehingga cocok apabila tema yang disuguhkan kali ini adalah “Menulis Dengan Kekuatan Silaturahmi”. Sangat pas sekali rasanya apabila Bu Kanjeng menyuguhkan tema tersebut untuk disampaikan kali ini. Dari tema tersebut awalnya tidak terbayang sama sekali kok bisa silaturahim mempunyai kekuatan yang besar untuk menulis. Dengan penjelasan yang sangat gamblang ternyata semuanya bisa saja terjadi. Dasyatnya kekuatan silaturahmi untuk penulis terwujud di tangan Bu Kanjeng. Berharap semua yang kita tulis juga terinspirasi dari pengalaman yang sudah diberikan Bu Kanjeng pada kita semua di belajar menulis gelombang 17.

Mengenal orang-orang baru pada belajar menulis gelombang 17 kali ini juga merupakan proses silaturahmi yang dijalin walaupun lewat dunia maya. Proses silaturahmi ini sangat besar pengaruh dan dampaknya untuk peserta dalam menggali potensi diri masing-masing dengan bantuan motivasi, support dan tambahan materi yng diberikan oleh semua nara sumber guru hebat yang dipelopori Omjay. Tentunya dampak tersebut sifatnya positif. Mulai dari hanya iseng membaca blog teman, tertarik untuk membuat blog sendiri, mengisi konten pada blog yang kita punya, walaupun kontennya bisa dikatakan sangat sederhana. Tetapi semua itu adalah awalan yang sangat bagus bagi penulis pemula. Ini benar-benar terjadi pada diri saya pribadi.

Bagi penulis akan sangat mudah untuk mencari tema tulisan untuk konten blog atau media yang lain, karena apapun bisa ditulis. Tinggal penulis itu sendiri yang harus meluangkan waktu untuk menuangkan idenya yang sudah ada dari kekuatan silaturahmi yang dilakukan. Semua butuh berlatih dan berlatih. Tidak akan ada penulis yang langsung sukses, pasti melalui proses. Proses tersebut harus dilaluinya dengan penuh semangat. Meluangkan waktu yang terkadang menjadi kendala penulis pemula. Karena belum bisa konsisten meluangkan waktu untuk menulis. Sementara memaksakan diri untuk menulis pada waktu tertentu adalah solusi awal. Kedepan akan terbiasa dengan pola yang diciptakan penulis itu sendiri.

Tema yang kita tulispun bisa bervariasi, dari teman sekeliling kita, lingkungan sekitar ataupun pengalaman pribadi. Semua didasarkan atas silaturahmi yang dilakukan penulis. Sudut pandang yang dituangkanpun bisa bervariasi. Mulai dari sudut pandang dari penulis itu sendiri, dari teman atau sahabat dari buku yang telah kit abaca dan juga bisa dari yang lain.

Apabila kita gabungkan antara masukan Omjay untuk menulis satu hari satu halaman dengan Bu Kanjeng dengan menggunakan kekuatan silaturahmi, maka setiap hari pasti kita bersilaturahmi dan dengan selaturahmi maka kita bisa tuangkan satu halaman untuk menulis, maka target menulis dalam satu hari dan dijadikan buku dalam satu tahun pasti akan terwujud. Alangkah dasyatnya kekuatan silaturahmi untuk penulis. Karena penulis akan bisa mewujudkan satu tahun menerbitkan satu buku. Setiap hari berproses pasti akan menemukan perbaikan pola bahasa penulisan, kaidah penulisan, diksi yang tepat dan masih banyak lagi progress yang akan menjadi tulisan menjadi lebih baik.

Sama dengan pemain teater yang menginginkan actingnya meyakinkan penontonnya. Pasti dia akan melatih dirinya dengan sedemikiannya untuk mencapai target sutradara inginkan. Mulai dari latihan yang harus dia latihkan kepada dirinya tentang olah tubuh, olah vocal, bloking panggung dan respon antar pemain. Semua itu harus dilatih intens. Sutradara dalam penerbitan buku kali ini bisa diwakili editor ataupun penerbit itu sendiri. Bagaimana usaha seorang penulis bisa memenuhi permintaan editor ataupun penerbit. Semoga ringkasan dan sudut pandang tentang materi Bu Kanjeng manfaat untuk dibaca dan dipraktikkan. Salam sehat, selalu semangat berliterasi dan berkarya.

Komentar

  1. Tulisannya udah makin sempurna Bu, lanjutkan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks pak Nana. Semoga mengikuti jejak njenengan bapak

      Hapus
  2. wow, keren mantap dan lengkap. semangat berkarya semangat menginspirasi

    BalasHapus
  3. Analogi-analogi yang dikembangkan ibu sangat saya suka. Terutama analogi dengan pemain teater di bagian penutup.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah keren banget ma'am, mantep dan rapi dalam penulisan nya , tetap semangat dilanjut good👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih le...kamu juga mulai nulis dari sekarang nak...kisahmu ditulis. Dibukukan le...sebagai warisan untuk anak cucu kelak

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENIKMAT SINETRON INGIN MENULIS DAN MENERBITKAN BUKU

SPECTACULAR MOMENT

BUKU BERGIZI DARI RESUME KEREN