KEMBANG KLARAS

 

 

 

KEMBANG KLARAS

Oleh:

Sutri Winurati, S.S

 

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, salam selalu sehat dan semangat produktif berkarya.

Hari ke-9  di bulan Februari 2021 untuk mengikuti lomba blog  Ikatan Guru TIK PGRI.

 

                Spenlos membutuhkan guru ekstra tari. Kepala sekolahku tahu kalau aku bisa nari dan memang itu hobiku sejak kecil. Dibukalah ektra tari di Spenlos. Peminatnya luar biasa. Banyak sekali yang ingin menimba ilmu tentang ilmu gerakan indah ini. Anggotanya semua adalah  perempuan. Kujalani proses demi prosesnya dengan penuh tanggung jawab. Walaupun aku tidak pernah belajar khusus tentang tari. Aku hanya belajar tari otodidak atau aku belajar hanya sambil lalu melihat dari video ketika aku mengajar tari di TK. Tetapi anak didikku suka ketika kuajari menari. Aula sering penuh diawal tahun pelajaran baru. Dan akan berkurang dan berkurang setelah beberapa minggu kemudian. Yang aku butuhkan bukan kwantitas tetapi kualitas dan kemauan kuat untuk belajar dari mereka yang kubutuhkan.

                Pemanasan adalah proses awal sebelum berlatih sesungguhnya. Hal ini penting dilakukan karena apabila kita tidak pemanasan maka resiko cedera dan lain sebagainya yang harus kita hindari. Pelenturan tubuh untuk dijadikan bahan materi pemanasan. Mulai dari kepala, bahu, tangan, pinggang, kaki, jari-jari tangan, jari-jari kaki adalah yang utama. Pemanasan dilakukan sekitar 10 menit.

Tarian-tarian gending kreasi jadi adalah bahan materi tari yang kuberikan pada anak didikku. Gending kreasi berasal dari bunyi alat music gamelan yang dipadupadankan supaya tercipta bunyi yang harmonis, tidak ada batasan membunyikan gamelan tersebut. Tarian kreasi juga diciptakan untuk mengembangkan tari-tarian di daerah tertentu untuk mempertahankan budaya lokalitas yang ada. Berbeda dengan tari tradisional, merupakan tari khas daerah tertentu yang sudah ada. Suatu contoh Tari Remo yang berasal dari Jawa Timur, Tari Serimpi berasal dari Jawa Tengah dan Tari Jaipong berasal dari Jawa Barat. Belum sanggup mengajarkan tari tradisional karena memang tingkat kesulitannya lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tari kreasi. Butuh ketlatenan belajar yang tinggi bagiku untuk memahami dan memperagakannya.  

Foto kostum tari dan lomba tari saat peserta didik belajar tari kreasi

Tiba saatnya aku mendapatkan tantangan berikutnya. Tantangan saat ini mengikuti Festival Lomba Siswa Seni Nasional (FLS2N) cabang tari. Kembang Klaras adalah daun pisang kering yang kita gunakan sebagai icon tarian yang kita ciptakan. Kami menggunakannya untuk asesoris pada saat lomba tersebut. Ornamen tersebut dibuat sedemikiannya sehingga daun pisang kering yang awalnya tidak manfaat, menjadi bagus dan menarik untuk dilihat. Orang tidak akan berfikir ornamen tersebut dari daun pisang kering. Pada saat itu aku berkolaburasi dengan suami, yang notabene adalah seorang seniman. Seniman yang berkecimpung di wilayah seni pertunjukan teater tepatnya. Aku mencoba menciptakan dan melatih gerak tarinya. Terkadang suamiku yang menyempurnakan bentuk gerakannya.

                Iringan music kreasi diciptakan suami. Pengrawitnya adalah peserta didik sendiri. Rekaman musiknyapun dengan cara yang sangat sederhana. Dengan kerja keras kita bersama rekaman music iringan gamelan kreasipun jadi. Musik tersebut yang digunakan untuk menjadikan gerakan tarian menjadi semakin bagus dinikmati.

                Mengajak peserta didik mencintai alat music tradisi adalah tantangan tersendiri. Banyak sekali peserta didik kita yang kurang menyukai alat music tradisi yang kita punya. Mereka cenderung lebih menyukai alat music modern seperti gitar, drum, bass, piano, recorder. Jenis alat music tradisi gamelan saja terkadang mereka belum memahami. Mereka terkadang tidak tahu mana yang namanya saron, demung, gong, slenthem, peking, bonang. Dari sini kita bergerak untuk mengenalkan supaya mereka juga mencintai alat music tradisi yang kita sudah punya dari nenek moyang kita.   

                Setelah FLS2N cabang tari berlangsung, ada kecelakaan pementasan pada saat itu. Hand prop  yang digunakan adalah payung. Tetapi ketika payung itu mau dibuka, ternyata tersangkut di sarung tangan penarinya. Sehingga payung tersebut tidak bisa dibuka pada saat perlombaan berlangsung. Perasaanku pun tidak enak, harus mengikhlaskan kalaupun mereka tidak mendapatkan predikat juara. Pengumuman lomba berlangsung, benar saja kami mendengarkan kami tidak mendapatkan juara satupun. Sedih, kecewa terpancar di wajah capek mereka. Tugasku kali ini menguatkannya. Memberi penguatan supaya mereka tidak patah semangat untuk mencoba berlatih dan berlatih lagi. Bersyukur mereka masih konsisten sampai mereka lulus dari SMP tetap belajar dan berlatih menari. Rasa percaya diri yang mereka peroleh ketika mereka perform menari muncul tidak hanya di atas panggung, tetapi tercermin pada kehidupan nyata sesungguhnya. Berikut adalah kostum yang digunakan pada saat lomba tari Kembang Klaras.

Foto Kostum Kembang Klaras, Warna emas yang menutup badan mereka terbuat dari

 klaras yang di cat emas

 

                Tantangan-tantangan berikutnya akan selalu datang dengan silih berganti dan membawa cerita yang berbeda. Yakin diri ini mampu menghadapi dengan semangat dan penuh tawa.


Sutri Winurati, S. S.

SMP Negeri 2 Sukodono, Sidoarjo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Day for blogging

TEATER GABUNGAN (TEGAB)

HARI YANG DINANTI