KENDALA PEMILIHAN STORY TELLER

 

 

KENDALA PEMILIHAN STORY TELLER

Oleh:

Sutri Winurati, S.S

 

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, salam selalu sehat dan semangat produktif berkarya. Hari ke 12  di bulan Februari 2021 untuk mengikuti lomba blog  Ikatan Guru TIK PGRI.

 

                Seiring waktu yang berjalan di tahun 2011, kita melakukan peran kita sebagai mana mestinya. Seorang guru dan pelatih wajib memotivasi peserta didiknya untuk semangat dalam mengisi hidup ini dengan segala sesuatu yang positif. Aku dan suamiku mencoba memerankan sekenario-Nya dengan apik. Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) seleksi kabupaten akan diselenggarakan kembali. Cabang lomba yang memungkinkan aku dan suami bina dan latih untuk diikuti adalah cabang Story Telling. Seperti sebelum-sebelumnya, kita fasilitasi untuk seleksi semua yang berminat mengikutinya. Ada salah satu anak didikku yang menyeletuk, “Ma’am, apakah kita harus membuat text sendiri?”. Aku jawab dengan tegas, “Yes, you have to make it by yourself” (kamu harus membuat itu sendiri). Mereka menganggukkan kepala dan menjawab dengan serempak, “Yes!” tanda mereka memahami apa yang aku katakan.

                Proses membina, melatih, mengajar berjalan rutin hampir setiap hari untuk menuju proses seleksi. Hampir setiap hari mengedit dan memberi masukan proses membuat text. Mulai dari struktur kalimat yang kurang tepat sampai isi yang belum sempurna. Satu persatu harus dikoreksi dengan teliti. Berdiskusi dan sharing pendapat sering kita lakukan. Sampai final tulisan yang mereka buat. Mereka harus memahami betul dan menghafalkan dengan baik. Tidak jarang mereka keluar dari target harian yang aku berikan. Ekstra sabar saja kuncinya.

                Achmad Iqbal Rizky Firmansyah, Risal, dan Essa yang masuk dalam 3 besar seleksi sekolah. Perwakilan sekolah hanya satu siswa harusnya. Sehingga aku menggandeng suami untuk memilih satu dari ketiga anak tersebut. Suasana sedikit tegang diantara ketiga muridku itu. Tetapi aku dan suami menguatkan mereka bahwa ketiganya adalah siswa yang terbaik dari sekitar seribu siswa di SMP Negeri 2 Sukodono Sidoarjo. Prestasi yang sungguh luar biasa diberikan kepada mereka.

                Diskusi dan sharing hasil seleksi kulakukan dengan suami. Pertimbangan memilih ketiganya pun terlontar. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi untuk melatih ketiganyapun muncul. Tibalah kami harus memilih. Akhirnya kami memilih Risal karena pertimbangan dia memiliki vocal yang besar dan bisa diolah, pengucapan dalam Bahasa Inggris nya pun paling sempurna diantara yang lain. Pancaran wajah senangnya ketika kita pilihpun nampak. Essa dan Iqbal merasakan kesedihan, tetapi sedih yang biasa saja. Layaknya kalah dalam suatu permainan.

                Berjalannya waktu latihan hampir satu minggu ternyata Risal diminta teman guru IPA mengikuti seleksi olimpiade IPA yaitu Olimpiade Siswa Nasional (OSN). Risal menghadap aku dan berkata, “Ma’am, saya gak yakin ikut olimpiade IPA!”. Dengan sedih dan mata kaca-kaca dia bicara ke aku. Aku menguatkan dia untuk lebih membuka diri dengan apapun keputusan sekolah. “Nduk, sudah manut aja dengan Pembina atau guru, Ma’am tidak ingin ada masalah karena memperebutkan siswa untuk mengikuti suatu kegiatan”. Dia berusaha memahami apa yang aku sampaikan. “Ma’am ingin kamu ikut olimpiade IPA saja, semoga ada hikmah besar dibalik semua ini”. Dia dengan berat hati mengiyakannya. Ternyata dia mempunyai ganjalan setelah dia memilih ikut OSN. Dia bertanya kembali, “Lalu siapa pengganti saya? Ma’am pasti akan repot mencarinya lagi”. Dengan nada sedih dia mengutarakan padaku. Dengan penuh optimis aku menjawabnya, “Ping-ping akan menggantikan kamu, karena waktu seleksi kalian bertiga nilai terbaik yang ke 2 adalah nilai dari ping-ping”. Ping-ping adalah panggilan nama Iqbal di Sekolah. Risal nampak lega, tetapi ada pancaran sedih dan kecewa karena bukan dia yang mewakili Story Telling.

                 Ping-ping awalnya kebingungan ketika aku pilih untuk menggantikan Risal. “Ping, kamu menggantikan Risal untuk ikut FLS2N cabang Story Telling”. Jawab dia dengan kebingungan, “Apa ma’am?”, saya tidak siap ma’am!”. Lontaran kalimat tersebut muncul dari Ping-ping. Penguatan demi penguatan aku berikan, tak cukup aku yang bicara, suamiku ikut berucap dan memberikan motivasi. Kebetulan dia juga anak didikku di ekstra teater, jadi semua berjalan dengan lancar dalam pengalihan tugas menjadi perwakilan story teller kali ini.

                Ya, Ping-ping adalah runner up yang kami latih dengan penuh rasa tanggung jawab. Dia juga cukup percaya diri untuk melalui latihan demi latihan. Orang tuanyapun sangat mendukung apa yang sudah diputuskan. Komunikasi yang sangat lancar kami jalani dengan sangat baik. Mengantar dan menjemput ketika latihan merupakan rutinitas orang tua Ping-ping kala itu. Lika-liku pemilihan story teller pernah ada kendala dan tidak gampang untuk bisa menyesuaikan dengan kendala yang ada.  


Sutri Winurati, S. S.

SMP Negeri 2 Sukodono, Sidoarjo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Day for blogging

TEATER GABUNGAN (TEGAB)

HARI YANG DINANTI