SANG KARNA

 

 

SANG KARNA

Oleh:

Sutri Winurati, S.S

 

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, salam selalu sehat dan semangat produktif berkarya.

Hari ke-10  di bulan Februari 2021 untuk mengikuti lomba blog  Ikatan Guru TIK PGRI.

 

                Berawal dari ekstra tari semua ini diawali. Seleksi Pekan Seni Pelajar (PSP) di Kabupaten Sidoarjo diumumkan ke semua sekolah. Ada banyak cabang yang dilombakan. Diantaranya adalah tari kelompok, teater tradisi, lukis, poster, batik, samroh, paduan suara, dan masih ada yang lain. Suamiku tertarik untuk mengikuti seleksi tersebut. Tetapi dia berfikir, kalau mengikuti tari kelompok dia kurang yakin untuk bisa maksimal. Sehingga dia memberikan masukan padaku untuk ikut seleksi teater tradisi. Datanglah aku menghadap kepala sekolahku. Pada tahun 2010 seleksi itu berlangsung. Kepala sekolahku Almarhum Bapak Achmad Azhari, S.Pd sangat mendukung dan memberikan support yang luar biasa.

Prosespun kita jalani dengan sangat serius. Dasar permainan teater kali ini adalah gerak tari. Semua pemain adalah perempuan karena memang anggota ekstra tari yang kita ajak untuk mengikuti seleksi tersebut. Penguatan gerak dan olah tubuh yang kita ajarkan di awal proses tersebut dengan detail. Mulai dari gerakan kepala, tolehan (menengok) kiri dan kanan, putaran kepala, anggukan kepala kita latihkan. Gerakan bahu yang memutar, ke atas dan ke bawah, ke depan dan ke belakang juga detail kita ajarkan. Penguatan tangan, jari-jari tangan, dan gerakan dasar tari jawa pun kita berikan. Kuda-kuda pada kaki dilatih dengan kuat. Kuda-kuda yang kita ajarkan benar-benar harus kuat pada kaki-kaki mereka. Sekitar 10 menit menahan kaki berbentuk kuda-kuda rutin kita latihkan pada latihan dasar. Latihan vokal dan pernafasanpun juga dilatihkan. Luar biasa usaha kami waktu itu. Ingin sekali menyenangkan mereka anak-anak didikku untuk meraih prestasi.

Ilustrasi musik tradisional tidak ketinggalan kita ajarkan. Walaupun gamelan yang kita punya belum lengkap. Kami berusaha menggali ilmu di Mbah Ponco. Rumah beliau agak jauh dari sekolah kami. Tetapi tekat untuk belajar dan silaturahim tidak pudar. Beliau memiliki gamelan lengkap. Gending klasikpun beliau ajarkan pada kami dan anak didik kami. Kebetulan suami juga bisa bermain gamelan walaupun tidak sangat menguasai, tetapi dia sangat peka terhadap ketukan dan notasi. Sehingga materi yang ditularkan Mbah Ponca mudah sekali untuk diserap. Tetapi iringan music yang kita gunakan tidak sama kembangannya dengan yang diberikan beliau. Sehingga kita memodifikasi sendiri dari ilmu yang kita punya sebelumnya. Ilmu otodidak yang kita peroleh dari kampus dan perjalanan mengajar tariku pun terpakai di sini.

Nurul Hidayati sedang mencoba memainkan alat musik gamelan

di rumah Mbah Ponco

 

Hobi tari yang aku punya dan kukembangkan sendiri dengan berjalannya waktu ternyata manfaat juga. Intinya apapun ilmu yang kita dapat pasti manfaat untuk kehidupan kita dikemudian hari. Karena dikampus aku adalah pemain jathil di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paguyuban Reyog Ponorogo, suami juga sebagai penari warok di UKM tersebut. Ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan dan mengembangkan apa yang sudah kita dapatkan di perjalanan berkesenian yang kita lalui. Semakin dibagi dan diberikan ilmu tersebut maka semakin berkembang ilmu yang kita punya. Filosofi ini sama dengan orang bersedekah. Bersedekah ilmu atau harta jatuhnya sama hasilnya. Tidak malah semakin kering ilmu atau harta yang kita punya, melainkan semakin banyak dan manfaat ilmu dan harta yang kita punya.

Latihan meditasi juga kita berikan, supaya pemain dan pemusik akan lebih fokus dalam pementasan nantinya. Fokus dalam naskah dan peran yang mereka lakonkan. Fokus dengan alur musik yang mereka bawakan, dinamika musik yang dibutuhkan. Apabila latihan kosentrasi pada meditasi tidak diberikan, maka mereka tidak terlatih dengan suasana pada tempat lomba. Bisa jadi tempat lomba ramai dan banyak pergerakan di dalam tempat lomba. Lepas kontrol, lepas kendali, lepas acting, dan tidak sesuai dengan latihan akan terjadi.

Meditasi dilakukan ketika latihan dasar, Ariyani sebelah kiri, Suci, dan Essa

Sang Karna adalah cerita yang dimainkan teater Spenlos untuk dipentaskan di lomba PSP seleksi teater tradisi Kabupaten Sidoarjo. Cerita tersebut diangkat dari cerita pewayangan. Peristiwa melarung atau membuang Karna di sungai gangga oleh Kunti sangat membawa emosi penonton. Kelahiran Karna menjadi masalah kala itu, karena kelahiran yang tidak diinginkan. Sehingga Karna harus dibuang ke sungai. Karna ditemukan oleh kusir Hastinapura dan dibesarkan seperti anaknya sendiri. Status Karna yang dilecehkan oleh Pandawa karena status yang tidak dianggap sebagai kaum kesatria. Karna menyimpan dendam pada Arjuna ketika sayembara memperebutkan Drupadi. Sehingga pada saat perang Baratayudha Karna dipertemukan dengan Arjuna yang sebenarnya mereka adalah saudara. Karna adalah saudara tertua Pandawa. Perang tak terbendung sampai Karna gugur di medan perang. Mereka baru tahu apabila mereka sebenarnya adalah saudara. Akhir yang menyedihkan adalah kekuatan cerita tersebut.

Ibu Almaratul Churotin K, M.Pd sebelah kiri, Ibu Sutiarti, S.Pd sebelah kanan,

Tim Pemain, Pemusik, dan Tim Artistik  PSP Kabupaten 2010

Juara 1 tingkat Kabupaten Sidoarjo sementara itu adalah prestasi tertinggi Spenlos di bidang teater.  Kerja keras yang tak sia-sia. Kami menumbangkan persepsi banyak orang, mereka menganggap bahwa pemenang semua cabang lomba pada PSP Kabupaten pada saat itu sudah ditentukan sebelum perlombaan dimulai. Siapa yang sungguh-sungguh akan mendapatkannya. Hasil tidak akan berkhianat pada usaha, itu adalah pedoman kita sampai saat ini.

Berfoto bersama dengan pemain dan piala juara 1 teater tradisi

PSP Kabupaten Sidoarjo 2010

 

Masih berharap akan mendapatkan penghargaan sebagai juara di masa yang akan datang. Cabang dan lomba apapun, yang melibatkan anak didik dan menyenangkan mereka itu adalah tujuanku dan suamiku. Berawal dari Sang Karna ekstra teater akhirnya juga menjadi salah satu ekstra kurikuler yang diajarkan di Spenlos. Bersyukur juga guru ekstra teaternya adalah betulan suamiku sendiri.

 

Sutri Winurati, S. S.

SMP Negeri 2 Sukodono, Sidoarjo

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Day for blogging

TEATER GABUNGAN (TEGAB)

HARI YANG DINANTI