SPECTACULAR MOMENT
SPECTACULAR
MOMENT
Oleh:
Sutri Winurati,
S.S
Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh, salam selalu sehat dan semangat produktif berkarya.
Hari
ke 28 di bulan Februari 2021 untuk mengikuti lomba blog
Ikatan Guru TIK PGRI.
Setelah
sampai hotel dan melakukan regristrasi ulang dan menyelesaikan administrasi
peserta festival, suamiku menghubungi Sinung. Dia teman kami pada saat di
Jember. Kami janjian di daerah dekat pasar Senin, di gedung olah raga
Gelanggang. Kami numpang latihan di sana. Anak-anak ku sangat semangat ketika
kami ajak latihan di sana. Sinung sangat welcome sekali dengan kehadiran kami.
Dan kami pun dikenalkan dengan pak Imam yang bertanggung jawab di tempat
tersebut. Beliau orang Lamongan yang juga merantau di Jakarta. Mereka berdua memberikan
fasilitas tempat latihan pada kami. Pak Imam waktu itu mengapresiasi latihannya
anak-anak kami. “Puas dapat suguhan permainan yang sepektakuler’, tuturnya.
Kaget juga batin ini ketika dipuji beliau. Karena beliau adalah salah satu seniman
hebat juga di Jakarta. Hampir semua juri kenal padanya. Sinung juga
mengapresiasi bagus sekali pada saat itu. Yang kami rasa sedikit lega tidak
rugi jauh-jauh dari Sidoarjo Jawa Timur membawakan garapan kami Markamag Sang
Kembang Klaras.
Setelah
kami berlatih di Gelanggang, kami pulang ke hotel untuk istirahat dan
mempersiapkan acara keesokan harinya yaitu pembukaan FNT 2016. Pagi hari itu
anak-anak kami latihan dasar di sekitar hotel untuk sekedar stretching, olah vocal
dan olah gerak. Lanjut di acara pembukaan di gedung teater besar TIM. Kami
melihat tempat yang nantinya digunakan untuk pentas anak-anak kami. Wow,
sungguh luar biasa Pembukaan acara Festival Nasional Teater (FNT) 2016 dimulai.
Sempat berkaca-kaca mata ini serasa mimpi bisa membawa anak-anak kami sampai ke
TIM. Aku tepuk-tepuk muka ini sendiri danaku cubit tangan ini sendiri, takut
semua ini hanya mimpi. Ternyata semua adalah nyata aku alami. Sungguh luar
biasa gedung teater besar TIM. Property segeda rumahpun bisa masuk ke dalamnya.
Takjub dan haru aku dibuatnya. Kami pun bergandengan tangan seraya berucap
syukur Alhamdulillah kami bisa sampai di Jakarta dengan selamat dan akan
mementaskan karya sepektakuler kami.
Menyempatkan latihan
di hotel sebelah kiri dan juga dilingkungan sekitar hotel sebelah kanan
“Kita
ke Jakarta bukan rekreasi, tetapi kita mengemban tugas yang berat, yaitu kita
harus menang dan mendapatkan sesuatu, itu misi kita”, kata suamiku sekedar mengingatkan
anak-anak kami. Mereka ingin sekali pergi ke satu tempat yang lumayan dekat
dengan hotel tempat kami tinggal. “Ma’am setelah kita main boleh ya kita ke
Monas sebentar?”, salah satu dari mereka menanyakan. “Tanya Om Mamak dulu”,
jawabku. Mereka lantas menanyakan ke suamiku. “Om boleh ya pergi ke Monas
setelah main nanti?”, lanjut Tanya mereka. Suamiku pun menjawabnya “Boleh,
pokoknya mainnya yang serius, seperti kalian latihan”. Sorak soray mereka
mendengar jawaban suamiku.
Setelah melakukan pembukaan kami
ingin latihan lagi seperti hari sebelumnya. Ternyata panitia waktu itu tidak
mengijinkan karena kami harus mengikuti rundown seluruh acara yang diberikan
panitia. Tetapi kami berusaha semaksimal mungkin bagaimana kami bisa latihan.
Hari itu hanya bisa melakukan latihan di hotel yang tempatnya sempit. Disyukuri
saja, yang penting bisa berlatih.
Keesokan
harinya kami bersiasat untuk keluar dari rundown acara. Karena kontingen kita
tampil masih di hari terakhir, jadi kami tidak mau terbuai dengan pementasan
dari kontingen lain sehingga kami melupakan permainan kita sendiri. Anak-anak
ku, suami dan iwan keluar menuju gelanggang tanpa mengajak ku ikut serta karena
aku membawa balita. Sehingga dengan rasa kecewa yang kubawa, aku dan akhtar
pegi ke Mall dekat hotel untuk sekedar jalan-jalan. Dan aku mencarikan sandal
untuk akhtar dan membelinya. Akhtar minta dibelikan mainan juga. Hari itu full
kubuat senang akhtar. Sesudah jalan-jalan kami pulang ke hotel, tetapi akhtar
minta gendong karena capek jalan.
Perbaikan
property di basement hotel juga kami lakukan untuk menjaga supaya property
tersebut layak pakai pada saat pagelaran berlangsung. Akhtar minta pulang, “Mah,
ayo pulang!”. Kaget aku mendengarnya. “Pulang kemana?”, jawabku. “Pulang ke atas”, dia menjawab. (sambil menunjuk arah kamar kami).
“Semoga lelah kita bersama membuahkan hasil yang manis ya le… “, bisikku dalam
hati.
Hari
yang kami nanti tiba. Bergegas kami berangkat ke TIM dengan bus biasanya yang
mengangkut kami. Layaknya berangkat perang kami siap menghadapi apapun yang
terjadi. Pak Wisnu dan Pak Hari yang setia dengan pick up property yang mereka
bawa, mendahului keberangkatan kami. Pak
Hari sangat loyal dengan apapun yang Pak Wisnu dan kami utarakan. Dia mudah
sekali memahaminya. Property sudah sampai di back stage dimana tempat dropping
property. Kami juga sudah sampai back stage tempat make up dan ganti kostum.
Bergegas aku memainkan alat make up dan sisir sasak ku.
Bersyukur
Rosita ternyata bisa membantuku menata rambut. Sehingga kami bagi tugas, Rosita
menata rambut sesuai arahanku bentuknya dan aku memasang make up semua pemain dan
pemusik perempuan. Pemain laki-laki hanya aku bantu untuk memasang bedak dasar
saja, selanjutnya memasang karakter pada muka pemain dipegang suamiku. Sedihnya
waktu itu semua fokus dengan persiapan pentas, sehingga akhtar merasa tidak ada
yang memperhatikan. Akhtar menggoda fokus pandang kami waktu itu, tetapi kita
bersinergi untuk mengalihkan perhatiannya. Dia ingin aku memperhatikannya waktu
itu. Sampai bu Harti ikut menghibur akhtar yang sedang rewel, “Ayo sini sama
bude, mamah lagi make up i kakak-kakak le…”. Aku menanggapinya,”Biar bu Harti
sebentar Insyaallah berhenti rewelnya”. Waktu berjalan begitu cepat sampai
akhtar sudah tidak rewel. Kami mengabadikan moment bersama waktu itu.
Kontingen Jawa Timur bersama Bapak Giryadi, Pak Hari dan Ibu Harti
Kontingen Jawa Timur dari Kabupaten Sidoarjo sebelum pementasan
Kami berdo’a seraya memohon kepada Ilahi Robbi untuk melancarkan pementasan
di gedung teater
besar TIM
Bergegas kami menuju stage untuk
menunggu giliran kami tampil. Setelah di sayap stage suamiku berkata, “Mah,
sudah cukup sampean membantu mempersiapkan make up dan semuanya, Insyaallah
kami mampu di atas stage ber 17, sampean jaga akhtar karena kondensor nya
sangat peka”. Sedih ingin nangis hati ini mendengar keputusan suamiku, dimana
dia sebagai penanggung jawab kontingen kami. Dengan berat hati aku menuju
tempat penonton menikmati pementasan bersama Pak Hari sopir pick up. Karena Pak
Hari sangat ingin menonton penampilan anak-anak. Akhirnya Pak Wisnu yang
mengalah untuk menjaga ruang base camp tempat kita make up.
Aku dibuat keluar masuk gedung waktu
itu oleh akhtar. Rupanya dia sangat bosan dengan suasana di dalam ruangan.
Alasan dia adalah pipis. “Mah, pipis…” katanya. Sampai 2 kali dia minta ke belakang
untuk buang air kecil. Untunglah dia ada di tempat penonton bersamaku.
Beruntung juga suamiku memutuskan hal tersebut, dengan aku nemani akhtar.
Permainan yang sepektakuler pada saat itu. Penonton terpingkal dibuatnya pada
saat adegan lucu yang diperankan Mahadi sebagai Cak Anas.
Penampilan kontingen Jawa Timur diwakili oleh Teater
Gabungan TEGAB, Teater Sang Gendang dari SMP Negeri 2 Sukdono dan Play Ground
Theater dari SMA Negeri 1 Taman
Lega sudah selesai menampilkan yang
terbaik. Menunggu moment pengumuman kali ini penuh dengan cemas dan rasa
khawatir. Dan akhirnya kami mendapatkan kategori 5 Penyaji terbaik yang
menerima hadiahnya Pak Giryadi, 5 Sutradara terbaik yang menerima suamiku, 5
Ilustrasi terbaik yang menerima adalah Iwan dan 5 Artistik terbaik yang
menerima adalah Aku sendiri.
Penerimaan piala 4 kategori yang telah direbut oleh kontingen Jawa Timur
Semoga ini bukan akhir prestasi
kami. Semoga semua ini adalah awal prestasi yang gemilang untuk masa depan yang
lebih benderang. Salam literasi dan salam budaya…
Komentar
Posting Komentar